Krisis Imperialisme

Imperialisme tidak akan pernah berhenti mengalami krisisnya dan mendapatkan jalan keluar kecuali jurang kehancurannya. Ia telah membawa seluruh proletariat dan rakyat tertindas di dunia pada kemiskinan dan keterbelakangan yang makin mendalam dan meluas, tetapi juga telah membangkitkan perlawanan rakyat di seluruh penjuru dunia. Imperialis tidak akan pernah mampu memulihkan dirinya kecuali melanjutkan dan mengintensifkan penghisapan dan penindasannya melalui kebijakan neo-liberal dan perang teror global. Kerusakan berat ekonomi tersebut disebabkan oleh watak dari kapitalisme monopoli internasional (imperialisme) yang rakus dan secara brutal melakukan produksi tanpa bersadar atas kebutuhan. Akar sistem tersebutlah yang menyebabkan overproduksi, kemudian menciptakan krisis ekonomi yang tak pernah terselesaikan. Kadar keparahan dari krisis imperialisme ini berdampak luas di berbagai belahan dunia dan secara pasti membawa beban derita berkepanjangan bagi rakyat di muka bumi. Saat ini, imperialisme AS dengan segala cara, berusaha keluar dari krisis yang buruk dengan meningkatkan serangan ekonomi dan menambah kekuatan militer. Dominasi AS atas ekonomi dunia melalui perjanjian dan kerjasama di level internasional, regional, multilateral, bilateral demi terjaminnya suplai bahan mentah, tenaga kerja murah, perdagangan dan pasar—khususnya di negeri-negeri jajahan/setengah jajahan di Asia, Afrika dan Amerika Selatan. Melalui jeratan kerjasama paksa baik bilateral maupun multilateral dalam skema perdagangn dan investasi dalam program Free Trade Agreement (FTA) dan Trade and Invesment Framework Agreement (TIFA), Kerjasama paksa tersebut membawa AS berada dalam perdangangan dan jasa senilai 1,6 triliun U$D pada 2009. Sementara semester pertama tahun 2010, perdagangan yang dilakukan telah mencapai 890 Milyar U$D . AS sangat berkepentingan terhadap negeri-negeri Asia (khususnya India, China dan Indonesia) sebagai sasaran yang menanggung biaya krisis yang dialami imperialis AS dengan ekspor kapitalnya, intesifisnya pengerukan bahan-bahan mentah, dan menjadikan sasaran strategis bagi pasar dan perdagangan. Untuk meningkatkan dominasi pada aspek militernya, tahun 2011 AS meningkatkan anggaran militer sebesar $ 708,3 Milyar, anggaran ini yang terbesar dalam sejarah dibanding pada periode invasi AS ke Korea dan Vietnam dan bahkan jauh lebih besar daripada anggaran militer Perang Dunia II . Secara esensial AS juga menempuh jalan perang agresi di berbagai negara yang tidak tunduk terhadap kepentingannya, yang terbaru secara kongrit AS dan NATO bersekutu untuk melakukan agresi di Libya. Sebelumnya AS memukul aspirasi sejati rakyat Mesir dengan memberikan dukungan penuh pada militer Mesir untuk memimpin jalannya transisi paska mubarak. AS juga melakukan provokasi terhadap Korea Utara untuk meningkatkan serangan militer, sementara di sampai saat ini pasukan militernya masih eksis di Iraq, bahkan di Afganistan terus meningkatkan jumlah personel militer negara dan Swasta yang dibayar oleh pentagon. Melalui program “Perang melawan Teror/ War and Terror” Amerika, telah meningkatkan kerjasama dan penjualan peralatan militer di dunia. Namun berbagai upaya AS dan negeri negeri imperialis lainnya dalam menyelesaikan krisis tetap berada dalam jalan buntu. Kerusakan ekonomi tersebut telah membangkitkan rakyat di seluruh dunia untuk melawan imperilisme dan rejim boneka dalam negeri. Aksi protes rakyat terus membesar dan menjalar di berbagai belahan dunia. Perjuangan buruh dan pemuda di negeri imperialis AS dan Eropa terus bergerak maju, sementara perjuangan para pekerja dan kaum tani di negeri boneka imperilis semakin berkobar meluas. Kondisi krisis keuangan yang telah menciptakan defisit anggaran hampir seluruh pemerintah di negeri-negeri Uni-Eropa yang bersamaan mengeluarkan kebijakan pemangkasan anggaran belanja dan secara langsung merampas kesejahteraan rakyat. Ini membuktikan: Pertama, krisis keuangan yang berlangsung selama ini membantah berbagai pandangan yang menyatakan bahwa telah terjadi pemulihan kondisi ekonomi dunia pasca krisis keuangan yang berat pada tahun 2008. Kedua, kebangkitan gerakan massa baik dari proletariat dan rakyat seluruh negeri menjadikan krisis ekonomi ini memiliki kualitas yang semakin tinggi dan luas yang bisa menyeret ke jurang krisis politik yang semakin dalam. Gerakan proletariat sebagai motor dari gerakan anti-imperialis mulai bangkit dari tidurnya. Resesi yang berkepanjangan telah menyebabkan depresi. Resesi dunia langsung ditandai di tubuh pimpinan Imperialis yaitu Amerika Serikat, karena penurunan pasar perumahan dan masalah kredit perumahan sudah melebar ke aspek ekonomi lainnya atau sering disebut dengan (subprime mortgage) . Krisis terus menjalar dan membawa Bencana ruginya perusahaan-perusahaan investasi kelas dunia AS dan terus menjalar ke Eropa dan Jepang. UBS dan Barclays (Eropa), serta Mizuho (Jepang), mengalami kerugian serius. Seluruh rakyat dunia selalu berada dalam posisi yang dirugikan yakni PHK dan pengangguran terus melambung dan tak terbendung lagi. Pada bulan Februari pemutusan hubungan kerja di AS mencapai angka 130.818 buruh, sementara pengangguran juga tak teredam, saat ini mencapai Jumlah pengangguran 13,5 juta atau meningkat 8,8 persen dari tahun lalu . Sementara di beberapa Uni Eropa juga mengalami nasib yang sama, Kenaikan tingkat pengangguran Spanyol sebesar 42,9 %, di Irlandia (52,7%), Republik Ceko (47,1%), Denmark (37,9%), Bulgaria (32,8%), Slovakia (32,2%), bahkan berlipat-lipat di Latvia . Demikian juga kemandekan yang dialami negeri besar kapitalis monopolis di Asia yaitu Jepang dan negeri-negeri Asia lainnya

Komentar